BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Media pembelajaran adalah suatu usaha penyusunan program media
pembelajaran yang lebih tertuju pada perencanaan media. Media yang ditampilkan
dalam proses belajar mengajar terlebih dahulu direncanakan atau dirancang
sesuai dengan kebutuhan lapangan atau siswanya.
Treatmen adalah uraian bentuk esay yang mengembangkan alur penyajian
program yang dibuat dan biasanya ditulis sebelum naskah siap. Sebuah treatmen
yang baik selain memberi gambaran tentang urutan adegan juga member gambaran
suasana atau mood dari program media itu.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian treatmen? 2. Apa saja bentuk penulisan naskah?
3. Apa yang dimaksud story board?
C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui pengertian treatmen? 2. Mengetahui bentuk penulisan naskah?
3. Mengetahui maksud story board?
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
TREATMEN, PENULISAN NASKAH DAN STORY BOARD
A. Treatmen
Sebelum naskah ditulis, kita harus menuliskan treatmennya dulu. Treatmen
adalah uraian berbentuk esay yang menggambarkan alur penyajian program yang
dibuat dan biasanya ditulis sebelum naskah siap. Dengan adanya reatmen tersebut
kita mendapat gambaran yang jelas tentang urutan-urutan visual yang Nampak pada
media atau narasi dan percakapan yang menyertainya. Apapun yang akan dilakukan
harus tercantum didalam treatmen tersebut, dan dengan adanya treatmen maka akan
dapat dijadikan sebagai pedoman dalam mengembangkan naskah selanjutnya.
Sebuah treatmen yang baik selain memberi gambaran tentang urutan adegan juga
memberikan gambaran suasana atau mood dari program media itu. Treatmen ini
biasanya digunakan oleh pemesan naskah dan penulis naskah dalam mencari
kesesuaian pendapat mengenai alur penyajian program media yang akan diproduksi.
Setelah treatmen disetujui, treatmen tersebut digunakan sebagai pedoman dalam
pengembangan naskah selanjutnya.[1]
Jadi Treatment hanya merupakan garis besarnya saja.
Namun, dalam kenyataannya tidak semua penulis membutuhkan treatment untuk
membuat naskahnya. Treatment bisa di jadikan pedoman bagi pemula yang ingin
menulis naskah.
Contoh :
Program diawali dengan munculnya seorang siswa yang memegang kamera.
Dari jauh ia kelihatan sedang mengamati kamera itu, Nampaknya sedang
mencari-cari sesuatu. Setelah di zoom ke medium shot Nampak jelas bahwa ia
sedang mencari-cari bagaimana cara membuka kamera itu untuk mengisi filmnya.
Pada saat ia menemukan kunci pembuka itu dan penutup kamera sudah mulai
terbuka, gambar di close up pada tangan dan kamera itu. Gambar ditahan dan
disuper impose dengan grafis yang berbunyi “bagaimana memasang film?[2]
B. Penulisan Naskah
Setelah treatmen disusun dengan baik sehingga dapat tergambar apa yang
akan dilakukan maka tugas selanjutnya adalah penulisan naskah yang sesuai
dengan topic pembelajaran yang dikembangkan. Penulisan naskah audio sedikit
berbeda dengan penulisan naskah film atau film bingkai (slide). Dalam penulisan
naskah audio lebih banyak bersifat pendengaran skrip yang ditulis harus indah
dan menarik untuk didengar. Sedangkan untuk media film atau slide disamping
suara juga penampilan gambar yang lebih sesuai dengan alur cerita. Pada
umumnya, lembaran naskah dibagi menjadi dua kolom. Pada pada naskah media audio
(radio dan kaset) kolom sebelah kiri merupakan seperempat bagian halaman dan
pada kolom ini dituliskan nama pelaku, dan jenis suara yang harus direkam,
kolom sebelah kanan berisi narasi atau percakapan yang harus dibaca para
pelaku, nama lagu dan suara-suara yang harus direkam.
Sebagai ilustrasi dalam pengembangan media pembelajaran, ditampilkan
sebuah contoh penulisan film bingkai dengan topic bahasan tentang “praktek
ibadah sholat” dengan audiennya siswa kelas II SMP. Pada penulisan naskah ini
dapat dibagi menjadi beberapa bentuk penulisan, yaitu penulisan naskah film
bingkai (slide), dan penulisan naskah film atau video.
1. Penulisan Naskah Audio
Media audio adalah sebuah media yang hanya mengandalkan bunyi dan suara
untuk menyampaikan informasi dan pesan. Program audio dapat menjadi indah dan
menarik karena program ini dapat menimbulkan program fantasi pada
pendengarannya. Karena itu, suatu audio akan sangat efektif bila dengan
menggunakan bunyi dan suara kita dapat merangsang pendengar untuk menggunakan
daya imajinasinya sehingga ia dapat memvisualkan pesan-pesan yang ingin kita
sampaikan. Media audio ini meliputi radio, kaset audio dan laboratorium bahasa.
Berikut ini beberapa petunjuk yang perlu kita ikuti bila ingin menulis
naskah program media audio :
a) Bahasa
Bahasa yang digunakan dalam media audio adalah bahasa percakapan, bukan
bahasa tulis. Kalimat-kalimat yang digunakan sedapat mungkin kalimat tunggal.
Gunakan kalimat-kalimat yang pendek. Kalimat yang panjang akan sulit ditangkap
oleh telinga kita. Sedapat mungkin kita harus menghindarkan istilah-istilah
yang sulit, istilah itu perlu diberi penjelasan. Siswa mendengar kata yang
tidak diketahui artinya ia cenderung untuk memikirkan arti istilah kata
tersebut, akibatnya ia kehilangan konsentrasi dalam mendengarkan.
b) Music dalam Program Audio
Agar pendengar tidak bosan mendengarkan program kita dan program kita
tidak terasa kering, kita perlu menggunakan music dalam program kita. Fungsi
music yang utama dalam hal ini adalah menciptakan suasana. Karena itu music
perlu dipilih dengan hati-hati bila program bersuasana gembira misalnya
diiringi dengan music yang bernuansa sedih, tentu terasa akan sangat ganjal.[3]
Berikut ini ada beberapa jenis music yang digunakan dalam program audio
yaitu:
(1) Music tema
Music tema adalah music yang menggambarkan watak atau situasi suatu
program. Music tema seringkali diulang-ulang dalam suatu program setiap kali
watak atau situasi yang diinginkan itu ingin ditonjolkan, music tema itu
disajikan.
Music tema dapat digunakan sebagai music pengenal studio, music pengenal
program, atau music pengenal tokoh dalam suatu cerita bersambung. Music
pengenal studio biasanya digunakan setiap kali studio mulai mengudara dan pada
saat penutupan acara, sebelum hilang dari udara. Music pengenal program digunakan
pada awal dan pada akhir suatu program serial. Dengan demikian, setiap kali
kita mendengar music itu kita akan mengetahui bahwa program itu sudah dimulai
atau sudah diakhiri. Bila music tema digunakan sebagai pengenal tokoh, setiap
kali tokoh itu tampil tentu diawali dengan music itu.
(2) Music transisi
Music ini digunakan sebagai penghubung dua adegan. Musik ini tidak perlu
panjang, 10 s/d 20 menit sudah cukup. Music transisi ini harus sesuai dengan
rata-rata dari program kita. Seringkali ada pembuat program yang menggunakan
music tema sebagai music transisi.
(3) Music jembatan
Music ini merupakan bentuk khusus dari music transisi, yaitu
menjembatani dua buah adegan. Music ini digunakan bila suasana adegan terdahulu
berbeda dengan adegan yang mengikutinya. Kalau suasana adegan terdahulu adalah
suasana sedih sedangkan suasana berikutnya adalah gembira, music jembatan ini
harus diawali dengan suasana gembira dan diakhiri dengan suasana gembira.
(4) Musik latar belakang
Music ini digunakan untuk mengiringi pembacaan teks atau percakapan.
Maksudnya supaya teks lebih meresap ke hati pendengar, karena music ini dapat
memberikan variasi, member tekanan dan menciptakan suasana.
Bila kita menggunakan music latar belakang atau music pengiring, music
itu harus dipilih yang betul-betul sesuai dengan suasana yang ingin diciptakan.
Music pengiring biasanya music instrumentalia. Music pengiring tidak boleh
terlalu keras, terlalu lemah ataupun berubah-ubah dari lemah kekeras.
(5) Music smash
Music smash adalah music yang digunakan untuk membuat kejutaan atau
tekanan. Music ini digunakan dengan singkat tetapi pada saat yang tepat. Tidak
baik bila kita menggunakan music smash terlalu sering.
c) Keterbatasan daya konsentrasi
Berdasarkan penelitian yang pernah diadakan, daya konsentrasi orang
dewasa untuk mendengarkan berkisar antara 25 s/d 45 menit, sedangkan pada
anak-anak hanya 15 s/d 25 menit. Karena itu tidaklah bijaksana untuk membuat
program media audio terlalu panjang.
2. Penulisan Naskah Film Bingkai
Berbeda dengan program audio, pada film bingkai pesan dapat disampaikan
melalui dua saluran, yaitu audio dan visual. Karena itu didalam menulis naskah
program film bingkai tidak diperlukan narasi atau percakapan yang
panjang-panjang seperti dalam program audio. Informasi yang sudah dapat
diberikan oleh visual tidak perlu diberikan lagi oleh narasinya.[4]
3. Penulisan Naskah Film dan Video
Penulisan naskah secara teoritis merupakan komponen dari pengembangan
media. Secara lebih praktis, hal tersebut merupakan bagian dari serangkaian
kegiatan produksi media melalui tahap-tahap perencanaan dan desain,
pengembangan, serta evaluasi.
Seperti halnya penulisan pada umumnya, penulisan naskah film maupun
video juga dimulai dengan identifikasi topic atau gagasan. Dalam pengembangan
instruksional, topic maupun gagasan dirumuskan dalam tujuan khusus kegiatan
instruksional atau pembelajaran. Konsep gagasan, topic maupun tujuan yang
khusus kemudian dikembangkan menjadi naskah dan diproduksi menjadi program film
atau video.
C. Story Board
Story board
disini maksudnya adalah gambar-gambar yang digrafiskan dalam kolom-kolom naskah
yang dibuat pada kertas atau pada kartu-kartu dalam ukuran tertentu yang
kemudian disusun menurut urutan penyajian yang dikehendaki dalam naskah,
biasanya terletak disebelah kiri kolom. Sedangkan disebelah kanan berisi
suara-suara pelaku atau music yang mengiringinya.[5]
Storyboard adalah sketsa gambar yang disusun
berurutan sesuai dengan naskah, dengan storyboard kita dapat menyampaikan ide
cerita kita kepada orang lain dengan lebih mudah, karena kita dapat menggiring
khayalan seseorang mengikuti gambar-gambar yang tersaji, sehingga menghasilkan
persepsi yang sama pada ide cerita kita.
Salah satu tahapan penting dalam
produksi film adalah membuat storyboard, setelah sutradara dan pengarah
fotografi membahas sebuah adegan mereka kemudian bertemu dengan artis
storyboard untuk menterjemahkan gagasan mereka dalam gambar. Disitu
terbentuklah rancangan-rancangan shooting, dan ketika dirasa ada sesuatau yang
kurang pas atau ada kendala-kendala dalam pengambilan gambar nantinya segera
dapat dilakukan revisi.
Dengan mengacu pada rencana shooting dalam
storyboard para pemain dan krue dapat mengerjakan tugas mereka masing-masing
dengan cepat dan tepat. Storyboard secara gamblang memberikan tata letak
visual dari adegan seperti yang terlihat melalui lensa kamera.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebuah treatmen yang baik selain memberi gambaran tentang urutan adegan juga
memberikan gambaran suasana atau mood dari program media itu. Treatmen ini
biasanya digunakan oleh pemesan naskah dan penulis naskah dalam mencari
kesesuaian pendapat mengenai alur penyajian program media yang akan diproduksi.
Setelah treatmen disetujui, treatmen tersebut digunakan sebagai pedoman dalam
pengembangan naskah selanjutnya.
Pada penulisan naskah dapat dibagi menjadi beberapa bentuk penulisan,
yaitu penulisan naskah film bingkai (slide), dan penulisan naskah film atau
video.
1. Penulisan Naskah Audio 2. Penulisan Naskah Film Bingkai
a 3. Penulisan Naskah Film dan Video
Story board maksudnya adalah gambar-gambar yang digrafiskan dalam
kolom-kolom naskah yang dibuat pada kertas atau pada kartu-kartu dalam ukuran
tertentu yang kemudian disusun menurut urutan penyajian yang dikehendaki dalam
naskah, biasanya terletak disebelah kiri kolom, sedangkan disebelah kanan
berisi suara-suara pelaku atau music yang mengiringinya.
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini, saya
menyadari banyaknya kekurangan, baik dari segi isi, sumber maupun
dalam penulisan. Untuk itu saya sebagai
pemakalah sangat mengharapkan kritikan, saran, ataupun masukan yang sifatnya
membangun dan demi kemajuan masa yang akan datang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar