Recent Posts

Welcome to My Blog

Rabu, 03 Desember 2014

Jurnal Supervisi Pendidikan



IMPLEMENTASI SUPERVISI KLINIS
DALAM PENDIDIKAN

Oleh : Arham Junaidi Firman

ABSTRAK

Supervisi bukan hanya bertujuan sekedar kontrol melihat apakah segala kegiatan telah dilaksanakan sesuai rencana atau program yang telah digariskan, tetapi lebih dari itu. Supervisi juga memperhatikan keadaan kinerja guru apakah dia sukses dalam mengajar atau tidak selain itu supervisi  juga memperhatikan dan membantu guru dalam menghadapi masalah atau kelemahan guru dalam mngajar sehingga dia bisa sukses dalam mengajar atau mendidik. Untuk itulah di adakannya supervisi klinis. Supervisi klinis termasuk bagian dari supervisi pengajaran. Dikatakan supervisi klinis karena prosedur pelaksanaan lebih ditekankan pada mencarai sebab-sebab kelemahan yang terjadi di dalam proses belajar mengajar, dan kemudian secara langsung pula diusahakan bagaiman cara mengajar, dan kemudian secara langsung pula diuasahakan bagaiamana cara memperbaiki kelemahan atau kekurangan tersebut.

Kata kunci: Implementasi, Supervisi Klinis, Pendidikan.




A.    Pendahuluan
Pada dasarnya kegiatan supervisi pendidikan merupakan rangkaian kegiatan dari administrasi pendidikan. Administrasi pendidikan adalah mencakup kegiatan  perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan penilaian pendidikan. Mengadakan supervisi adalah mengadakan pengawasan dan penilaian dari apa yang telah direncanakan dan dilaksanakan dalam kegiatan pendidikan. Tidak hanya melihat hasilnya, tetapi  bagaimana prosesnya. Orientasinya terletak pada ”mengapa” bukan hanya pada ”apa”.
Guru merupakan komponen pendidikan yang sangat dominan dalam peningkatan mutu pendidikan. guru memiliki peran yang sangat strategis, baik sebagai perencana pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan penilai pembelajaran. Hal ini  disebabkan oleh karena guru adalah orang yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran di sekolah.
Dalam proses belajar mengajar, yang perlu diperhatikan oleh guru adalah keaktifan siswa dalam belajar. Siswa dapat berhasil dalam belajar ditentukan oleh salah satu faktor kepentingannya adalah mengorganisasi seluruh pengelolaan belajar dalam bentuk kegiatan belajar mengajar. Kemampuan mengorganisasi kegiatan belajar mengajar tidaklah cukup apabila tidak dibarengi dengan motivasi kerja guru dalam proses belajar nengajar. Untuk itu setiap proses pembelajaran yang akan dilaksanakan seorang guru harus direncanakan, dilaksanakan dan dievalusi secara sungguh-sungguh agar didapat feedback yang akurat untuk dijadikan acuan didalam memperbaiki setiap kegiatan pembelajaran dari waktu ke waktu.
Disamping upaya-upaya peningkatan proses pembelajaran di atas diperlukan pula bantuan para supervisor untuk lebih mengoptimalkan profesionalitas para guru di dalam mengelola proses pembelajaran di kelas. Untuk merealisasikan harapan tersebut di atas, maka supervisor atau pengawas pendidikan harus mampu melayani para guru dengan cara memfasilitasi, membimbing serta memotivasi mereka sehingga kehadiran para supervisor sebagai mediator dapat mengakses para guru ke tingkat kualitas sumber daya yang memadai.
Atas dasar kenyataan tersebut bantuan yang dimaksud adalah bagaimana agar guru dapat menyadari bahwa ada kelemahan pada dirinya dalam mengelola proses pembelajaran dan menemukan upaya pemecahannya. Untuk itu diperlukan supervisi klinis sebagai salah satu teknik membantu guru dalam mengembangkkan profesionalisme dalam mengelola proses pembelajaran. Membantu pengembangan profesional guru, khususnya dalam penampilan mengajar, berdasarkan observasi dan analisis data secara teliti dan objektif sebagai pegangan untuk perubahan tingkah laku mengajar tersebut. Bantuan yang diberikan hendaknya sesuai dengan permasalahan dan kesulitan yang dialami oleh guru dalam pembelajaran. Dengan adanya bantuan guru akan bisa optimal mengerahkan kemauan yang dimiliki dalam mengajar.

B.     Konsep Dasar Supervisi Klinis
Dalam konsep kuno supervisi disamakan dengan inspeksi dalam artian mencari kesalahan. Sedangkan dalam konsep modern supervisi adalah usaha untuk memperbaiki situasi belajar mengajar sebagai bantuan bagi guru untuk membantu siswa agar lebih baik dalam belajar. Namun kenyataannya di masyarakat, masih banyak orang beranggapan bahwa supervisi pendidikan masih identik dengan pengawasan yang bersifat inspeksi. Akibatnya tingkah laku seperti rasa kaku, ketakutan pada atasan, tidak berani berinisiatif, bersikap menunggu instruksi, dan birokratis lainnya bagi para guru.
Sesungguhnya konsep supervisi pada awalnya adalah adanya kebutuhan sesuatu dalam landasan pengajaran dengan cara membimbing guru, memilih metode mengajar, dan mempersiapkan guru untuk mampu melaksanakan tugasnya dengan kreatifitas yang tinggi.
Secara umum supervisi berarti upaya bantuan kepada guru agar guru dapat membantu para siswa belajar untuk menjadi lebih baik. Supervisi merupakan gabungan dari kata super yang berarti luar biasa, istimewa, atau lebih dari yang lain, sedangkan visi artinya kemampuan untuk melihat persoalan jauh ke depan, dengan demikian supervisi adalah suatu pandangan yang luar biasa yang melihat permasalahan jauh melampaui batas waktu sekarang  sampai yang akan datang. (Firdaus, 2005 : 4)
Supervisi klinis, mula-mula diperkenalkan dan dikembangkan oleh Morris L. Cogan, Robert Goldhammer, dan Richart Weller di Universitas Harvard pada akhir dasawarsa 50-an dan awal dasawarsa 60-an. Ada dua asumsi yang mendasari praktek supervisi klinis, yaitu: pertama, pengajaran merupakan aktivitas yang sangat kompleks yang memerlukan pengamatan dan analisis secara hati-hati. Melalui pengamatan dan analisis ini, supervisor akan mudah mengembangkan kemampuan guru mengelola proses pembelajaran. Kedua, guru profesional yang ingin dikembangkan lebih menghendaki cara yang kolegial dari pada cara yang autoritarian. Konsep dasar supervisi klinis adalah kolegial, kolaboratif, memiliki keterampilan layanan dan perilaku etis. (Sahertian, 2000 : 58).
Acheson dan Gall menyatakan bahwa supervisi klinis ialah proses membina guru untuk memperkecil jurang antara perilaku mengajar nyata dengan prilaku mengajar seharusnya/yang ideal. Sementara itu lucio (1979, h.20)  membatasi maksud supervisi klinis hanya untuk menolong guru-guru agar mngerti inovasi dan mengubah performan mereka agar cocok dengan inovasi itu.
Pengertian supervisi klinis bisa dibaca dari istilah klinis sendiri. Clinical artinya berkenaan dengan menangani orang sakit, maka  guru pun dapat diagnosis orang dalam proses belajar mengajar, untuk menemukan aspek-aspek mana yang membuat guru itu  tidak dapat mengajar dengan baik. Kemudian aspek-aspek itu diperhatkan satu per satu secara intensif. Jadi supervisi klinis itu merupakan satu model supervisi untuk menyelesaikan masalah tertentu yang sudah diketahui sebelumnya. Hanya dengan cara seperti rupanya Acheson & gall dan lucio memperkecil jurang perilaku nyata dengan perilaku ideal para guru yang seringkali terjadi pada inivasi-inovasi pendidikan. (Pidarta, 1992 : 249-250).
Supervisi klinis merupakan salah satu teknik supervisi tipe demokratik. (Harahap, 1983 : 15). Menurut Bolla, supervisi klinis merupakan suatu proses bimbingan kepada guru yang bertujuan untuk membantu pengembangan profesionalnya, khususnya dalam penampilan mengajar, berdasarkan observasi dan analisis data secara teliti dan obyektif.
Supervisi klinis termasuk bagian dari supervisi pengajaran. Dikatakan supervisi klinis karena prosedur pelaksanaan lebih ditekankan pada mencari sebab-sebab kelemahan yang terjadi di dalam proses belajar mengajar, dan kemudian secara langsung pula diusahakan bagaimana cara mengajar, dan kemudian secara langsung pula diusahakan bagaimana cara memperbaiki kelemahan atau kekurangan tersebut.
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat diambil simpulan bahwa supervisi klinis adalah suatu teknik supervisi yang dilakukan oleh supervisor untuk memmberikan bantuan yang bersifat profesional yang diberikan berdasarkan kebutuhan guru yang bersangkutan dalam mengatasi masalah yang dihadapi dalam proses belajar mengajar melalui bimbingan yang intensif yang disusun secara sistematis dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan mengajar dan meningkatkan profesionalisme guru.
Bimbingan yang diberikan tidak bersifat instruksi atau perintah akan tetapi diberikan dengan cara sedemikian rupa sehingga memotivasi guru untuk menemukan sendiri cara-cara yang tepat untuk memperbaiki kekurangan yang dialami dalam proses pembelajaran. Supervisi klinis difokuskan pada perbaikan pengajaran dengan melalui siklus yang sistematis dari tahap perencanaan, pengamatan, dan analisis intelektual yang intensif terhadap penampilan mengajar sebenarnya dengan tujuan mengadakan modifikasi yang rasional.
Dalam prakteknya supervisi klinis mempersyaratkan hubungan intens antara supervisor dan guru ketimbang yang terjadi pada evaluasi tradisional. Supervisi klinis sebagai intervensi yang direncanakan dalam dunia tiruan, karenanya tidak hanya memperhatikan perilaku guru dan anteseden perilaku ini juga berkaitan dengan ketidak utuhan dengan asumsi, kepercayaan, tujuan dan perilaku guru. Supervisor dalam praktek supervisi klinis dapat dilakukan oleh sejawat guru atau kepala sekolah atas dasar kesepakatan bersama baik yang berkaitan dengan teknik pengajaran maupun hal lainnya. Oleh karena itu inti dari supervisi klinis adalah perbaikan pengajaran dengan hubungan yang intens berlanjut dan matang antara supervisor dan guru searah dengan perbaikan praktek profesional guru yang dapat menjamin kualitas pelayanan belajar secara berkelanjutan dan konsisten. (Purwanto, 1990 : 91).
Istilah klinis dalam supervisi memberikan unsur-unsur khusus sebagai berikut :
1.      Hubungan tatap muka antara supervisor dengan calon guru dalam proses supervisi terjalin dengan baik.
2.      Hubungannya terpusat pada keinginan/kerisauan (concern) calon guru yang terpusat pada tingkah laku aktual di kelas.
3.      Observasi dilakukan secara langsung dan cermat.
4.      Data observasi dideskripsikansecara mendetail.
5.      Analisis dan interpretasi observasi dilakukan secara bersama antara supervisor dan calon guru.
6.      Pemberian bimbingan oleh supervisor lebih bersifat pembinaan.
7.      Berlangsung dalam suasana akrab (intim) dengan sikap saling terbuka dari supervisor dan guru, tanpa kecurigaan dan tekanan. (Gunawan, 1996 : 207)
Kritikan/Tanggapan :
Dari penjelasan yang telah terdapat diatas dapat penulis pahami bahwa konsep dasar dari supervisi klinis adalah suatu proses bimbingan kepada guru yang bertujuan untuk membantu pengembangan profesionalnya, khususnya dalam penampilan mengajar, berdasarkan observasi dan analisis data secara teliti dan obyektif, sehingga dalam prosedur pelaksanaannya lebih ditekankan pada mencari sebab-sebab kelemahan yang terjadi di dalam proses belajar mengajar, dan kemudian secara langsung pula diusahakan bagaimana cara mengajar, dan kemudian secara langsung pula diusahakan bagaimana cara memperbaiki kelemahan atau kekurangan tersebut.

C.    Ciri-Ciri dan Tujuan Supervisi Klinis
1.      Ciri-Ciri Supervisi Klinis
Supervisi klinis memiliki  ciri khas tersendiri yang membedakannya dengan teknik supervisi yang lain. Menurut Pidarta, ciri-ciri supervisi klinis adalah sebagai berikut:
a.       Ada kesepakatan antara supervisor dengan guru yang akan disupervisi tentang aspek perilaku yang akan diperbaiki.
b.      Yang disupervisi atau diperbaiki adalah aspek-aspek perilaku guru dalam proses belajar mengajar yang spesifik, misalnya cara menertibkan kelas, teknik bertanya, teknik mengendalikan kelas dalam metode keterampilan proses, teknik menangani anak yang nakal dan sebagainya.
c.       Memperbaiki aspek perilaku diawali dengan pembuatan hipotesis bersama tentang bentuk perbaikan perilaku atau cara mengajar yang baik. Hipotesis ini bisa diambil dari teori-teori dalam proses belajar mengajar.
d.      Hipotesis di atas diuji dengan data hasil pengamatan supervisor tentang aspek perilaku guru yang akan diperbaiki ketika sedang mengajar. Hipotesis ini mungkin diterima, ditolak atau direvisi.
e.       Ada unsur pemberian penguatan terhadap perilaku guru terutama yang sudah berhasil diperbaiki. Agar muncul kesadaran betapa pentingnya bekerja dengan baik serta dilakukan secara berkelanjutan.
f.       Ada prinsip kerja sama antara supervisor dengan guru melalui dasar saling mempercayai dan sama-sama bertanggung jawab.
g.      Supervisi dilakukan secara kontinyu, artinya aspek-aspek perilaku itu satu persatu diperbaiki sampai guru itu bisa  bekerja dengan baik, atau kebaikan bekerja guru itu dipelihara agar tidak menjadi jelek. (Pidarta, 1999 : 250).
Kritikan/Tanggapan :
Dari penjelasan yang telah terdapat diatas dapat penulis pahami bahwa dari ciri-ciri tersebut, dapat diketahui dan dibedakan antara supervisi pengajaran dan supervisi klinis. Supervisi pengajaran lebih menekankan pada pengawasan dari supervisor terhadap guru-guru tentang pengelolaan pembelajaran yang dikelolanya. Sedangkan supervisi klinis lebih menekankan pada inisiatif guru untuk menyampaikan problem-problem pengajaran yang dihadapinya untuk disampaikan kepada supervisor, dan selanjutnya dicarikan solusi terbaiknya. Persamaannya adalah bahwa baik dalam supervisi pengajaran maupun dalam supervisi klinis dituntut adanya kooperasi atau kerja sama yang harmonis antara supervisor dengan guru itu sendiri, guru tidak boleh mengacuhkan supervisornya.

2.      Tujuan Supervisi Klinis
Tujuan supervisi adalah mengembangkan situasi belajar dan mengajar yang lebih baik. Usaha perbaikan mengajar dan mengajar ditujukan kepada pencapian tujuan akhir dari pendidikan yaitu pembentukan pribadi anak secara maksimal.
Situasi belajar mengajar di sekolah-sekolah yang ada sekarang ini menggambarkan suatu keadaan yang sangat kompleks. Kompleksnya keadaan  yang ada ini adalah akibat faktor-faktor obyektif yang saling mempengaruhi sehingga mengakibatkan penurunan hasil belajar. Oleh karena itu perlu adanya penyelesaian yang dilakukan untuk mengembalikan semangat dan situasi belajar mengajar yang lebih baik.
Secara nasional tujuan konkrit dari supervisi pendidikan adalah:
a.       Membantu guru dengan jelas dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan.
b.      Membantu guru dalam membimbing pengalaman belajar murid.
c.       Membantu guru dalam menggunakan alat pelajaran modern, metode-metode dan sumber-sumber pengalaman belajar.
d.      Membantu guru dalam menilai kemajuan murid –murid dan hasil pekerjaan guru itu sendiri.
e.        Membantu guru-guru baru disekolah sehingga mereka merasa gembira dengan tugas yang diperolehnya.
f.       Membantu guru-guru agar waktu dan tenaganya tercurahkan sepenuhnya dalam membina sekolah. (Maunah, 2009 : 26).
Sedangkan Piet A. Sahertian menambahkan bahwa tujuan supervisi klinis yaitu: 
a.       Membantu guru-guru agar lebih mudah mangadakan penyesuaian terhadap masyarakat dan cara-cara menggunakan sumber-sumber masyarakat dan seterusnya.
b.      Membina guru-guru dalam membina reaksi mental atau moral kerja guru-guru dalam rangka pertumbuhan pribadi dan jabatan mereka. (Sahertian, 2000 : 25).
Menurut Acheson dan Gall (1987:1) dalam Syaiful Sagala (2010 : 200) tujuan supervisi klinis adalah pengajaran efektif dengan menyediakan umpan balik, dapat memecahkan permasalahan, membantu guru mengembangkan kemampuan dan strategis, mengevaluasi guru, dan membantu guru untuk berprilaku yang baik sebagai uapaya pengembangan profesioanal para guru.
Sedangkan tujuan khusus supervisi klinis antara lain adalah :
a.         Menyediakan feedback bagi guru yang objektif dari kegiatan mengajar guru yang baru saja dijalankan.
b.         Mendiagnosis dan membantu memecahkan masalah-masalah mengajar.
c.         Membantu guru mengembangkan keterampilan dalam menggunakan strategi belajar.
d.        Sebagai dasar untuk menilai guru dalam kemajuan pendidikan, promosi jabatan atau pekerjaan mereka.
e.         Membantu guru mengembangkan sikap positif terhadap pengembangan diri secara terus-menerus dalam karir dan profesi mereka secara mandiri
Kelebihan yang tampak dalam penggunaan supervisi klinik yang tujuannya adalah perbaikan pada pengajaran guru dalam proses belajar mengajar adalah sangat signifikan. Dalam supervisi klinik yang disupervisi adalah aspek-aspek perilaku guru misalnya cara menertibkan kelas, teknik bertanya, teknik mengendalikan kelas dan lainnya. Dalam memperbaiki aspek perilaku di atas perlu sekali ada nya hipotesis bersama tentang bentuk perilaku perbaikan atau cara mengajar yang baik. Hipotesis ini bisa diambil dari teori-teori dalam proses belajar mengajar. Untuk mendapatkan hasil yang baik dan demi kelancaran pelaksanaan supervisi, maka perlu adanya kesepakatan antara supervisor dan guru yang akan disupervisi tentang aspek-aspek yang akan diperbaiki.
Kritikan/Tanggapan :
Dari penjelasan yang telah terdapat diatas dapat penulis pahami bahwa tujuan pokok supervisi klinis adalah meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dengan memfokuskan pada perbaikan penampilan guru mengajar di kelas. Tentunya seorang supervisor dalam melakukan supervisi harus memperhatikan tujuan dari supervisi klinis ini, agar dalam melakukan supervisi klinis dapat terlaksana dengan baik.

D.    Pendekatan Supervisi Klinis
Pendekatan berasal dari kata approad adalah cara mendekatkan diri kepada objek atau langkah-langkah menuju objek. Sudjana (2004) membagi pendekatan supervisi menjadi dua, yaitu: pendekatan langsung (direct contact) dan pendekatan tidak langsung (indirect contact). Pendekatan pertama dapat disebut dengan pendekatan tatap muka dan kedua pendekatan menggunakan perantara, seperti melalui surat menyurat, media masa, media elekronik, radio, kaset, internet dan yang sejenis. Sementara dikenal juga pendekatan kolaboratif, yaitu pendekatan yang menggabungkan kedua pendekatan itu. (Aqib, Zainal dan Rohmanto, Elham. (2007).
Pendekatan yang digunakan dalam menerapkan supervisi modern didasarkan pada prinsip-prinsip psikologis. Suatu pendekatan atau teknik pemberian supervisi, sangat bergantung kepada prototipe guru. Sahertian (2000) mengemukakan beberapa pendekatan, perilaku supervisor berikut :
1.      Pendekatan langsung (direktif)
Pendekatan direktif adalah cara pendekatan terhadap masalah yang bersifat langsung. Supervisor memberikan arahan langsung, sudah tentu pengaruh perilaku supervisor lebih dominan. Pendekatan direktif ini berdasarkan pada pemahaman terhadap psikologis behauioristis. Prinsip behaviorisme ialah bahwa segala perbuatan berasal dari refleks, yaitu respons terhadap rangsangan/ stimulus. Oleh karena guru memiliki kekurangan, maka perlu diberikan rangsangan agar ia bisa bereaksi lebih baik. Supervisor dapat menggunakan penguatan (reinforcement) atau hukuman (punishment). Pendekatan seperti ini dapat dilakukan dengan perilaku supervisor seperti berikut ini :
a.       Menjelaskan,
b.      Menyajikan,
c.       Mengarahkan,
d.      Memberi contoh,
e.       Menerapkan tolok ukur, dan
f.       Menguatkan.
2.      Pendekatan tidak langsung (Non-Direktif)
Yang dimaksud dengan pendekatan tidak langsung (non-direktif) adalah cara pendekatan terhadap permasalahan yang sifatnya tidak langsung. Perilaku supervisor tidak secara langsung menunjukkan permasalahan, tapi ia terlebih dulu mendengarkan secara aktif apa yang dikemukakan oleh guru. Ia memberi kesempatan sebanyak mungkin kepada guru untuk mengemukakan permasalahan yang mereka alami.
Pendekatan non-direktif ini berdasarkan pada pemahaman psikologis humanistik. Psikologi humanistik sangat menghargai orang yang akan dibantu. Oleh karena pribadi guru yang dibina begitu dihormati, maka ia lebih banyak mendengarkan permasalahan yang dihadapi guru-guru. Guru mengemukakan masalahnya. Supervisor mencoba mendengarkan, dan memahami apa yang dialami. Perilaku supervisor dalam pendekatan non-direktif adalah sebagai berikut.
a.       Mendengarkan,
b.      Memberi penguatan,
c.       Menjelaskan,
d.      Menyajikan, dan
e.       Memecahkan masalah.
3.      Pendekatan kolaboratif
Pendekatan kolaboratif adalah cara pendekatan yang memadukan cara pendekatan direktif dan non-direktif menjadi suatu cara pendekatan baru. Pada pendekatan ini, baik supervisor maupun guru bersama-sama bersepakat untuk menetapkan struktur proses dan kriteria dalam melaksanakan proses percakapan terhadap masalah yang dihadapi guru. Pendekatan ini didasarkan pada psikologi kognitif. Psikologi kognitif beranggapan bahwa belajar adalah perpaduan antara kegiatan individu dengan lingkungan yang pada gilirannya akan berpengaruh dalam pembentukan aktivitas individu. Dengan demikian, pendekatan dalam supervisi berhubungan pada dua arah; dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Perilaku supervisor dalam pendekatan ini adalah sebagai berikut.
a.       Menyajikan
b.      Menjelaskan
c.       Mendengarkan
d.      Memecahkan masalah
e.       Negosiasi
Ketiga macam pendekatan itu dilakukan dengan melalui tahap-tahap kegiatan pemberian supervisi sebagai yaitu.
1.      Percakapan awal (pre-conference)
2.      Observasi
3.      Analisis/interpretasi
4.      Percakapan akhir(pasconference)
5.      Analisis akhir
6.      Diskusi. (Sahertian, 2000 : 46-52).
Kritikan/Tanggapan :
Dari penjelasan yang telah terdapat diatas dapat penulis pahami bahwa dengan adanya pendekatan-pendekatan yang dilakukan dalam supervisi klinis diharapkan supervisor akan terbantu dalam melakukan bimbingan terhadap guru dalam mengatasi permasalahannya serta lebih menjalin suasana yang akrab antar supervisor dengan guru agar lebih mudah dalam melakukan supervisi.

E.     Keterampilan Dalam Supervisi Klinis
            Fungsi utama supervisor dalam praktek supervisi klinis adalah mengajarkan berbagai keterampilan kepada guru. Dalam mengajar guru memerlukan keterampilan dasar tertentu agar ia dapat mengajar lebih dan agar tujuan pelajaran dapat tercapai. Keterampilan dasar tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1.      Keterampilan menggunakkan bervariasi dalam mengajar menggunakan stimulus, yang terdiri dari memberi penguatan
2.      Variasi gaya interaksi dan pengguanaan alat pandang dengar (variability)
3.      Membuka dan menutup pelajaran
4.      Memahami dan mengamati (mempresepsi) proses pengajatran analitis
5.      Menganalisis proses pengajaran secara rasional berdasarkan bukti-bukti pengamatan dalam bentuk data dan informasi yang jelas dan tepat
6.      Mangambangkan dan mencoba kurikulum, pelaksanaan kurikulum dan evaluasi kirikulum
7.      Mengajar menggunakan model dan strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan materi pembelajaran
8.      Menciptaan hubungan dan bantuan
9.      Memahami kebutuhan dan keinginan guru
10.  Membantu mengembangkan ketrampilan-keterampian
11.  Mengobservasi dan menganalisis penampilan
12.  Menanggapi penampilan guru dan memberikan saran dan nasehat. (Sagala, 2010 : 250).
Kritikan/Tanggapan :
Dari penjelasan yang telah terdapat diatas dapat penulis pahami bahwa dalam mengajar guru memerlukan keterampilan dasar tertentu agar ia dapat mengajar lebih dan agar tujuan pelajaran dapat tercapai. Dengan demikaian supervisi klinis yang merupakan modal bagi guru dalam usaha memperbaiki pengajaran. Supervisi klinis memiliki modal besar dalam mendukung pelaksanaan tugas mengajar guru, dan tentunya kepala sekolah sebagai supervisor dalam meningkatkan penerapan model supervisi klinis tersebut, harus melaksankannya dengan teratur, terencana dan berkesinambungan.

F.     Implementasi Supervisi Klinis Dalam Pendidikan
Banyak guru yang mengalami masalah/kesulitan dalam melaksanakan pembelajaran pada mata pelajaran yang diampunya. Kesulitan tersebut dapat disebabkan oleh karakteristik mata pelajaran sehingga sulit dipahami guru atau kesulitan dalam aspek-aspek teknis metodologis sehingga bahan ajar kurang dipahami peserta didik. Supervisi klinis yang dilakukan pengawas sekolah kepada guru merupakan salah satu upaya membantu guru untuk mengatasi masalah yang dialaminya dalam rangka memperbaiki kualitas pembelajaran. Dalam implementasi supervisi klinis dalam pendidikan, Cogan memberi tekanan pada lima aspek, yaitu :
1.      Proses supervisi klinis
2.      Interaksi antara guru dengan murid
3.      Performansi guru pada waktu mengajar
4.      Hubungan guru dengan supervisor
5.      Analisis data berdasarkan peristiwa aktual di kelas.
Supervisi klinis dapat diartikan sebagai bantuan profesional kesejawatan yang diberikan kepada guru yang mengalami masalah dalam pembelajaran agar guru yang bersangkutan dapat mengatasi masalahnya dengan menempuh langkah yang sistematis mencakup tahap perencanaan, tahap pengamatan perilaku guru mengajar, serta tahap ana¬lisis perilaku dan tindak lanjut.
Dalam supervisi klinis, supervisor dan guru merupakan teman sejawat dalam memecahkan masalah pengajaran di kelas.
Supervisi klinis akan terjadi jika hubungan kolegial antara pengawas dan guru telah terjalin dengan baik. Tanpa prasyarat tersebut guru akan segan untuk meminta pengawas untuk melakukan supervise klinis terhadap berbagai permasalahan yang dihadapi guru dalam pembelajaran. Selain itu, keberhasilan supervisi klinis juga akan sangat tergantung kepada sejauhmana pengawas memberikan bimbingan sesuai kemampuan professional yang dimilikinya dan sejauhmana guru secara terbuka melaksanakan bimbingan yang telah diberikan oleh pengawas.
Prinsip-prinsip supervisi klinis pada intinya adalah bantuan kepada guru dalam pembelajaran, bukan perintah atau instruksi yang harus dilaksanakan melainkan kesadaran kedua belah pihak (guru dan kepala, atau guru dan pengawas, atau kepala madrasah dan pengawas) akan pentingnya memperbaiki mutu pembelajarannya. Prinsip lain adalah membina guru dengan penuh keikhlasan bukan keterpaksanaan, bertanggungjawab terhadap peningkatan kualitas guru, memiliki program yang jelas dalam meningkatkan mutu pendidikan. Hubungan antara pengawas sebagai supervisor dengan guru sifatnya hubungan kolegial dalam suasana yang intim penuh keterbukaan, demokratis, mengedepankan tugas dan tanggung jawab dalam meningkatkan mutu pembelajaran, supervisor harus lebih banyak mendengar daripada berbicara dan fokus pada kebutuhan dan aspirasi guru pada perilaku mengajar aktual dalam mata pelajaran yang diampunya. (Banun Muslim, 2010 : 97-102).
Pelaksanaan supervisi secara klinik yang baik oleh supervisor sesuai dengan siklus atau langkah-langkah yang ada, serta didukung pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang ciri-ciri dan prinsip-prinsip supervisi klinik akan dapat meningkatkan mutu atau profesionalitas pembelajaran guru. Proses supervisi klinis merupakan rangkaian yang dilaksanakan ketika supervisi dilaksanakan.
Kritikan/Tanggapan :
Dari penjelasan yang telah terdapat diatas dapat penulis pahami bahwa supervisi klinis akan terjadi jika hubungan kolegial antara pengawas dan guru telah terjalin dengan baik. Tanpa prasyarat tersebut guru akan segan untuk meminta pengawas untuk melakukan supervise klinis terhadap berbagai permasalahan yang dihadapi guru dalam pembelajaran. Selain itu, keberhasilan supervisi klinis juga akan sangat tergantung kepada sejauhmana pengawas memberikan bimbingan sesuai kemampuan professional yang dimilikinya dan sejauhmana guru secara terbuka melaksanakan bimbingan yang telah diberikan oleh pengawas.

Tim Pakar Manajemen Pendidikan secara umum menjelaskan proses pelaksanaan supervisi klinis dilaksanakan melalui tiga tahap yaitu :
1.      Tahap Pendahuluan
Dalam tahap ini, supervisor dan guru membicarakan rencana keterampilan yang akan di observasi. Dalam tahap ini, diperlakukan identifikasi perhatian utama guru dan menerjemahkannya dalam tingkah laku yang dapat dipahami. Dibutuhkan hubungan baik antara supervisor dan guru untuk melakukan hal ini secara efektif. Secara teknis, diperlukan lima langkah utama bagi terlaksananya pertemuan pendahuluan dengan baik, di antaranya adalah sebagai berikut:
a.       Menciptakan suasana akrab antara supervisor dengan guru sebelum membicarakan langkah-langkah selanjutnya.
b.      Me-review rencana dan tujuan pembelajaran
c.       Me-review komponen keterampilan yang akan dilatihkan dan diamati
d.      Memilih atau mengembangkan suatu instrumen observasi yang akan dipakai untuk merekam tingkah laku guru yang menjadi perhatian utamanya
e.       Instrumen observasi yang dipilih atau dikembangkan harus dibicarakan bersama antara guru dan supervisor
2.      Tahap Pengamatan Mengajar
Pada tahap ini, guru melatih tingkah laku mengajar berdasarkan komponen keterampilan yang disepakati dalam pertemuan pendahuluan. Sedangkan, supervisor mengamati dan mencatat atau merekam secara objektif, lengkap, dan apa adanya dari tingkah laku guru ketika mengajar. Supervisor juga mengadakan observasi dan mencatat tingkah laku siswa di kelas serta interaksi guru dan siswa. (Asmani, 2012 : 112).
Menurut Pidarta, proses melaksanakan pengamatan  ada dua kegiatan yaitu guru mengajar dengan tekanan khusus pada aspek perilaku yang diperbaiki, dan supervisor mengobservasi. Proses melaksanakan pengamatan secara cermat, sistematis, dan obyektif merupakan proses kedua dalam proses supervisi klinis. Perhatian observasi ini  ditujukan pada guru dalam bertindak dan kegiatan-kegiatan kelas sebagai hasil tindakan guru. Waktu dan tempat pengamatan pembelajaran ini sesuai dengan kesepakatan bersama antara supervisor dengan guru pada waktu mengadakan pertemuan awal. (Pidarta, 1999 : 253).
Langkah-langkah utama dalam tahap pengamatan mengajar ini adalah :
a.       Memasuki ruangan kelas yang akan diajar oleh guru bersama-sama dengan guru.
b.      Guru memberikan penjelasan kepada para siswa tentang maksud kedatangan supervisor ke ruang kelas.
c.       Guru mempersilahkan kepada supervisor menempati tempat yang telah disediakan.
d.      Supervisor mengamati penampilan mengajar guru dengan menggunakan format pengamatan yang telah disepakati.
e.       Setelah proses belajar mengajar selesai, guru bersama-sama dengan supervisor meninggalkan ruangan kelas dan berpindah ke ruangan khusus untuk melaksanakan aktivitas supervisi. (Imron, 2011 : 63).
3.      Tahap Pertemuan Umpan Balik
Pada tahap ini, seorang supervisor mengevaluasinya, kemudian mengintrepetasikan hasil tersebut. Langkah-langkah utamanya adalah sebagai berikut:
a.       Menanyakan perasaan dan kesan guru secara umum ketika mengajar, dan memberi penguatan dalam merivisi tujuan pembelajaran.
b.      Me-review target keterampilan dan perhatian utama guru.
c.       Menanyakan perasaan guru tentang jalannya pengajaran berdasarkan target dan perhatian utamanya.
d.      Menunjukkan data hasil rekaman dan memberikan kesempatan kepada guru menafsirkan data tersebut.
e.       Menginterpretasi data rekaman secara bersama-sama.
f.       Menanyakan perasaan guru setelah melihat sesuatu yang menjadi keinginan atau target guru dan sesuatu yang telah terjadi atau tercapai
g.      Menentukan bersama-sama dan mendorong guru untuk merencanakan hal-hal yang perlu dilatih atau diperhatikan di kesempatan berikutnya.
Pertemuan balikan ini dilakukan segera setelah melaksanakan pengamatan pembelajaran, dengan terlebih dahulu dilakukan analisis terhadap hasil pengamatan. Tujuan utama menganalisis hasil pengamatan dan memberikan umpan balik adalah menindaklanjuti apa yang dilihat oleh supervisor sebagai pengamat terhadap proses pembelajaran. Pembicaraan dalam menganalisis hasil pengamatan dan memberikan umpan balik ini adalah ditekankan pada identifikasi serta analisis persamaan dan perbedaan antara perilaku guru dan peserta didik yang direncanakan dengan perilaku aktual guru  dan peserta didik, serta membuat keputusan tentang apa dan bagaimana yang seharusnya dilakukan berhubungan dengan perbedaan yang ada.
Proses ini merupakan proses yang penting untuk mengembangkan perilaku guru dengan cara memberikan balikan tertentu. Balikan ini harus deskriptif, spesifik, konkrit, bersifat memotivasi, aktual, dan akurat, sehingga benar-benar bermanfaat bagi guru.  Paling tidak ada lima manfaat pertemuan balikan bagi guru, yaitu: (1) Guru bisa diberi penguatan dan kepuasan sehingga bisa termotivasi dalam kerjanya, (2) isu-isu dalam pengajaran bisa didefinisikan bersama supervisor dan guru dengan tepat, (3) supervisor bila mungkin dan perlu bisa berupaya mengintervensi secara langsung  guru untuk memberikan bantuan didaktis dan bimbingan, (4) guru bisa dilatih dengan teknik ini untuk melakukan supervisi terhadap dirinya sendiri, dan (5) guru bisa diberi pengetahuan tambahan untuk meningkatkan tingkat analisis profesional diri pada masa yang akan datang.
Sebelum mengadakan pertemuan balikan ini, supervisor terlebih dahulu diharuskan menganalisis hasil pengamatan dan merencanakan apa yang akan dibicarakan dengan guru. Begitu pula guru diharapkan menilai dirinya sendiri. Dalam pertemuan balikan ini sangat diperlukan adanya keterbukaan antara supervisor dengan guru.
Maka dari itu, supervisor sebaiknya menanamkan kepercayaan pada diri guru bahwa pertemuan balikan ini bukan untuk menyalahkan guru, melainkan untuk memberikan masukan balikan. Pertama kali yang harus dilakukan oleh supervisor dalam setiap pertemuan balikan adalah memberikan penguatan (reinforcment) terhadap guru. Kemudian dilanjutkan dengan analisis bersama terhadap setiap aspek pembelajaran yang menjadi perhatian dalam kegiatan supervisi klinis. Ada beberapa langkah penting yang harus dilakukan selama pertemuan balikan ini, yaitu:
1).  Menanyakan perasaan guru secara umum atau kesannya terhadap pengajaran yang dilakukan, kemudian supervisor berusaha memberikan penguatan (reinforcement).
2).  Menganalisis pencapaian tujuan pengajaran. Supervisor bersama guru mengidentifikasi perbedaan antara tujuan pengajaran yang direncanakan dengan tujuan pengajaran yang dicapai.
3).  Menganalisis target keterampilan dan perhatian utama guru. Supervisor bersama guru mengidentifikasi target keterampilan dan perhatian utama yang telah dicapai dan yang belum dicapai.
4).  Supervisor menanyakan perasaannya setelah menganalisis target keterampilan dan perhatian utamanya.
5).  Menyimpulkan hasil dari apa yang telah diperolehnya selama proses supervisi klinis. Supervisor memberikan kesempatan kepada guru untuk menyimpulkan target keterampilan dan perhatian utamanya yang telah dicapai selama proses supervisi klinis.
6).  Mendorong guru untuk merencanakan latihan-latihan sekaligus menetapkan rencana berikutnya.
Dalam pelaksanaan supervisi klinis sangat diperlukan iklim kerja yang baik dalam pertemuan awal atau perencanaan, melaksanakan pengamatan  pembelajaran secara cermat, maupun  dalam menganalisis hasil pengamatan dan memberikan umpan balik. Faktor yang sangat menentukan keberhasilan supervisi klinis adalah kepercayaan pada guru bahwa tugas supervisor semata-mata untuk membantu mengembangkan pembelajaran guru. Upaya memperoleh kepercayaan guru ini memerlukan satu iklim kerja yang kolegial. (Bafadal, 2004 : 81-85).
Tiga tahap supervis klinis ini memberikan pelajaran berharaga bagi guru untuk mengevaluasi kelebihan dan kelemahannya dalam proses pembelajaran. Sehingga, ia berani mencoba metode baru yang selama ini jarang atau tidak pernah dipraktikkan, melihat respons aktif maupun pasif dari anak didik. Dari sini guru memeperoleh gambaran nyata atas manfaat supervisi klinis. Salah satunya adalah ubtuk memperbaiki kualitas pengajarannya sehinnga menjadi lebih menyenangkan, kreatif, dan inovatif demi peningkatan kualitas anak didik. (Asmani, 2012 : 114-115).
Kritikan/Tanggapan :
Dari penjelasan yang telah terdapat diatas dapat penulis pahami bahwa dalam prosesnya supervisi klinis lebih menekankan pada interaksi langsung guru-supervisor dan pengembangan professional guru. Tahap pertemuan pendahuluan dimaksudkan sebagai langkah inventarisir masalah yang dihadapi guru; tahap observasi kelas dimaksudkan sebagai tahap untuk melihat secara real pembelajaran yang terjadi di dalam kelas; sedangkan tahap pertemuan balikan merupakan tindak lanjut dari kegiatan yang kedua tadi.




PENUTUP

Dalam konsep kuno supervisi disamakan dengan inspeksi dalam artian mencari kesalahan. Sedangkan dalam konsep modern supervisi adalah usaha untuk memperbaiki situasi belajar mengajar sebagai bantuan bagi guru untuk membantu siswa agar lebih baik dalam belajar. Sesungguhnya konsep supervisi pada awalnya adalah adanya kebutuhan sesuatu dalam landasan pengajaran dengan cara membimbing guru, memilih metode mengajar, dan mempersiapkan guru untuk mampu melaksanakan tugasnya dengan kreatifitas yang tinggi.
Supervisi klinis merupakan salah satu teknik supervisi tipe demokratik. Menurut Bolla, supervisi klinis merupakan suatu proses bimbingan kepada guru yang bertujuan untuk membantu pengembangan profesionalnya, khususnya dalam penampilan mengajar, berdasarkan observasi dan analisis data secara teliti dan obyektif. Oleh karena itu inti dari supervisi klinis adalah perbaikan pengajaran dengan hubungan yang intens berlanjut dan matang antara supervisor dan guru searah dengan perbaikan praktek profesional guru yang dapat menjamin kualitas pelayanan belajar secara berkelanjutan dan konsisten.
Tujuan supervisi klinis adalah pengajaran efektif dengan menyediakan umpan balik, dapat memecahkan permasalahan, membantu guru mengembangkan kemampuan dan strategis, mengevaluasi guru, dan membantu guru untuk berprilaku yang baik sebagai uapaya pengembangan profesioanal para guru. Sementara itu, pendekatan yang digunakan dalam menerapkan supervisi modern didasarkan pada prinsip-prinsip psikologis. Suatu pendekatan atau teknik pemberian supervisi, sangat bergantung kepada prototipe guru.
Pendekatan pertama dapat disebut dengan pendekatan tatap muka dan kedua pendekatan menggunakan perantara, seperti melalui surat menyurat, media masa, media elekronik, radio, kaset, internet dan yang sejenis. Sementara dikenal juga pendekatan kolaboratif, yaitu pendekatan yang menggabungkan kedua pendekatan itu. Sedangkan fungsi utama supervisor dalam praktek supervisi klinis adalah mengajarkan berbagai keterampilan kepada guru. Dalam mengajar guru memerlukan keterampilan dasar tertentu agar ia dapat mengajar lebih dan agar tujuan pelajaran dapat tercapai.
Supervisi klinis akan terjadi jika hubungan kolegial antara pengawas dan guru telah terjalin dengan baik. Tanpa prasyarat tersebut guru akan segan untuk meminta pengawas untuk melakukan supervise klinis terhadap berbagai permasalahan yang dihadapi guru dalam pembelajaran. Selain itu, keberhasilan supervisi klinis juga akan sangat tergantung kepada sejauhmana pengawas memberikan bimbingan sesuai kemampuan professional yang dimilikinya dan sejauhmana guru secara terbuka melaksanakan bimbingan yang telah diberikan oleh pengawas.
Pelaksanaan supervisi secara klinik yang baik oleh supervisor sesuai dengan siklus atau langkah-langkah yang ada, serta didukung pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang ciri-ciri dan prinsip-prinsip supervisi klinik akan dapat meningkatkan mutu atau profesionalitas pembelajaran guru. Proses supervisi klinis merupakan rangkaian yang dilaksanakan ketika supervisi dilaksanakan.
 
DAFTAR BACAAN

Bafadal, Ibrahim. 2004. Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Banun Muslim, Sri. 2010. Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas Profesionalisme Guru. Bandung : Alfabeta.
Firdaus. 2005. Standar Supervisi Pendidikan pada Madrasah Tsanawiyah. Derpartemen Agama, Dirjen Kelembagaan Agama Islam.
Gunawan, Ary H. 1996. Administrasi Sekolah. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Harahap, Baharuddin. 1983. Supervisi Pendidikan yang Dilaksanakan Oleh Guru, Kepala Sekolah, Penilik dan Pengawas Sekolah. Jakarta: Ciawi Jaya.
Imron, Ali. 2011. Supervisi Pembelajaran Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Ma’mur Asmani, Jamar. 2012. Tips Efektif  Supervisi Pendidikan Sekolah. Jakarta: Diva Press.
Maunah, Binti.  2009. Supervisi Pendidikan Islam Teori dan Praktek. Yogyakarta: Sukses Offset.
Pidarta, Made. 1992. Pemikiran tentang Supervisi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
____________. 1999. Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Purwanto, M. Ngalim. 1990. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sagala, Syaiful. 2010. Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung : Alfabeta.
Sahertian, Piet A. dan Frans Mataheru. 2000. Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan. Surabaya : Usaha Nasional.