MAKALAH
PERBANDINGAN PENDIDIKAN ISLAM
Tentang
PENDIDIKAN DI
REPUBLIK ISLAM IRAN DAN PAKISTAN
Oleh Kelompok 11
Arham Junaidi Firman : 412.405
Enilpia Anita Sari :
412.
Zulhamdi : 412.118
Dosen Pembimbing:
Hamdan Hasibuan, S.
Pd.I, M. Pd
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
- D
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
ISNTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
IMAM BONJOL PADANG
2014 M / 1436 H
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur
pemakalah ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga dengan hal itu pemakalah telah dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat beserta salam kita ucapkan untuk
junjungan kita nabi Muhammad SAW yang telah mengantarkan umat manusia ke jalan
yang diridhai Allah.
Pemakalah sadar bahwa dalam
pembuatan makalah ini masih sangat sederhana, namun harapan pemakalah tidak
mengurangi minat pembaca untuk membaca makalah ini. Pembuatan makalah ini dapat
diselesaikan atas usaha keras pemakalah dalam mencari dan mengumpulkan berbagai
sumber, yang kebetulan perpustakaan Institut dan perpustakaan Fakultas kita
pada saat pembuatan makalah ini belum berjalan seperti yang kita harapkan.
Disamping itu, pemakalah juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing
yang telah memberikan arahan dan masukan kepada pemakalah serta teman-teman
yang lainnya.
Selanjutnya, walaupun makalah ini
telah dapat diselesaikan dengan baik, akan tetapi sangat banyak sekali
kekurangan dan kelemahan didalamnya yang pemakalah rasakan. Oleh sebab itu,
pemakalah sangat berharap kepada Dosen pembimbing agar memberikan sumbangsih
pemikirannya dalam bentuk koreksi, kritik dan saran demi kesempurnaan makalah
ini dan begitu juga makalah-makalah yang lainnya untuk masa-masa yang akan
datang. Dengan demikian setiap makalah yang Dosen Pembimbing berikan akan
selalu sesuai dengan ketentuan yang telah dijelaskan dalam perkuliahan.
Padang, 02 Desember 2014
Pemakalah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan memiliki dampak
besar terhadap jiwa. Jika melihat ke sejarah bangsa kapan pun ingin mengalahkan
orang lain bangsa dulu menduduki sistem pendidikan dan kurikulum dari
negara-negara yang menduduki. Melalui pendidikan di negara mana pun
mempersiapkan generasi mereka sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai agama
mereka. Jika kita mempersiapkan generasi kita, sesuai dengan norma-norma agama
dan nilai-nilai dan membuat mereka setia dan patriotik kemudian mereka berguna
dan terbaik dijamin senjata.
Pakistan sedang mengalami
banyak masalah seperti terorisme, kemiskinan, ketidakamanan, sektarianisme,
etnis, sementara dan bigotries regional dan banyak lainnya. Semua masalah ini
karena kurangnya kesadaran dan toleransi yang dikembangkan karena buta huruf.
Namun dalam fenomena Pakistan pendidikan terus jauh tertinggal pada setiap
tingkat pembuatan kebijakan pembangunan. Sekarang kegiatan pemerintah
mengembangkan berbagai sejarah panjang atas kegagalan implementasi kebijakan
yang benar untuk pendidikan untuk semua massa atas dasar kesetaraan dan
kualitas.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana pendidikan di
Negara Republik Islam Iran ?
2.
Bagaimana pendidikan di
Negara Pakistan ?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui pendidikan
di Negara Republik Islam Iran.
2.
Untuk mengetahui pendidikan
di Negara Pakistan.
BAB II
PEMBAHASAN
PENDIDIKAN DI
REPUBLIK ISLAM IRAN DAN PAKISTAN
A.
Pendidikan di Republik Islam Iran
1.
Tujuan Pendidikan
Pada 1957,
Kementerian Pendidikan Republik Islam Iran mengumumkan bahwa tujuan
pendidikan sebagai berikut:
a. Pengembangan pisik
b. Pengembangan sosial.
c. Pengembangan intelektual.
d. Pengembangan moral.
e. Pengembangan estetika.
Setelah Revolusi Islam Iran pada 1979, sistem
pendidikan Iran mengalami perubahan yang sangat mendasar dan semua upaya
pendidikan harus disesuaikan dengan prinsip-prinsip Islam. Prioritas harus
diletakkan pada terjaminnya usaha membesarkan anak-anak dan generasi muda
sehingga menjadi muslim yang konsekuen dan punya komitmen
yang tinggi terhadap agama Islam. Upaya pendidikan diarahkan pada
penggunaan Alquran, tradisi Islam, dan konstitusi republik Islam Iran sebagai
dasar dalam merumuskan tujuan dan sasaran pendidikan.
Tujuan dan sasaran pendidikan dirumuskan dari berbagai
sumber, termasuk konstitusi dan laporan Dewan Tertinggi perubahan dasar
pendidikan yang ditunjuk oleh Dewan tertinggi Revolusi Kebudayaan Iran.
Sumber-sumber ini menggariskan bahwa pembangunan nasional adalah sasaran utama
pendidikan. Pendidikan harus dikembangkan untuk meningkatkan produktivitas,
mewujudkan integrasi sosial, moral, dan spiritual dengan penekanan utama untuk
memperkuat dan mendorong keimanan terhadap Islam. Pendidikan juga harus
menekankan pentingnya peningkatan kualitas tenaga kerja dalam semua jenis dan
level perekonomian, dan dengan demikian, pendidikan harus dipandang sebagai
investasi untuk masa depan.
Masalah utama yang selama ini dan sampai sekarang
dihadapi pendidikan Iran adalah bagaimana merekonsiliasikan antara nilai- nilai
tradisional dan pengembangan masyarakat berdasarkan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Setelah revolusi 1979, Republik Islam Iran menitikberatkan perhatian
pada pendidikan moral individu dan masyarakat. Pengembangan bagi
sekolah-sekolah harus didasarkan pada prinsip-prinsip ajaran Islam. Dengan
tekanan utama pada dorongan dan penguatan keimanan. Yang tidak kalah penting
adalah bagaimana penghubungkan pendidikan dengan pekerjaan. Para generasi muda
perlu dibekali dengan teknik berdasarkan ilmu pengetahuan ilmiah serta
ketrampilan kerja agar mereka sadar akan perlunya produksi industri dan
pertanian.[1]
2. Struktur dan
Jenjang Pendidikan
Berbeda dengan sistem pendidikan di Indonesia sekarang
ini, pendidikan di Iran masih bersifat sentralistik terdiri dari pendidikan
dasar dan menengah serta pendidikan tinggi. Pendidikan dasar dan menengah di
bawah naungan Departemen Pendidikan (ministry of education), sedangkan
pendidikan tinggi di bawah naungandan pengawasan Departemen Ilmu dan Teknologi.
Jenjang pendidikan di Iran dimulai dari taman
kanak-kanak untuk anak yang berkisar umur 5-6 tahun, lama pendidikan satu
tahun, di mana tahap ini bersifat opsional (tidak diwajibkan). Pendidikan
prasekolah pada umumnya diselenggarak an
oleh lembaga-lembaga swasta. Tujuan umum pendidikan awal ini adalah untuk
mempersiapkan anak-anak memasuki pendidikan formal. Kegiatan pada pendidikan
prasekolah ini antara lain permainan bersama, membaca cerita, bernyanyi,
permainan aktivitas, dan pekerjaan tangan yang perlengkapannya sangat sederhana
seperti kertas, papan tulis kertas, dan pena.
Pendidikan dasar (Dabestan) untuk anak berumur antara
6 tahun sampai dengan 11 tahun, jangka waktu pendidikan lima tahun, wajib
diikuti oleh semua warga Negara. Pendidikan menengah/siklus orientasi
(Rahnamayi) untuk anak berkisar antara umur 11 tahun sampai dengan 14 tahun.
Lama belajar 3 tahun, wajib diikuti oleh setiap warga Negara.
Untuk tingkat SMA (Dabirestan), lama belajar 3 tahun,
tidak diwajibkan bagi setiap warga negara. Pada tingkat ini telah mengarah
kepada keretampilan/teknis dimana antara teori dan praktik untuk setiap program
diseimbangkan. Untuk teori terdiri atas matematika, fisika, ilmu-ilmu
ekspremental, sastra, dan humaniora.
Sebelum masuk melanjutkan ke perguruan tinggi atau
universitas, setiap siswa diharuskan mengikuti persiapan masuk ke perguruan
tinggi (Konkoor) selama satu tahun. Setelah lulus persiapan masuk perguruan tinggi,
mahasiswa dapat melanjutkan ke program perguruan tinggi dengan tahapan sebagai
berikut:
a. Teknik/vocational school
(Fogh-e-Diplom atau Kardani) lama pendidikan dua tahun.
b. Univesitas/bachelor degree
(Karsenase atau licence) lama pendidikan empat tahun.
c. Master degree (karsenase-ye Arsyad
atau Fogh Lisence) lama pendidikan dua tahun.
d. Prokram doktor/PhD
(Karsenasi-Arshad-napayvasteh atau Doktora) lama pendidikan tiga tahun.
Kalender pendidikan di Republik Islam Iran berlangsung
selama 10 bulan dari bulan septembar sampai dengan bulan Juni. Hari belajar
sabtu sampai dengan kamis.
Untuk
kurikulum pendidikan di negara Iran dilaksanakan secara terpusat. Tetapi pada
tahun 1970 ada usaha ke arah perluasan partisipasi dalam proses penentuan isi
dan penyiapan bahan pelajaran. Panitia khusus dibentuk untuk melakukan
pengkajian ulang atau reviu atas rekomendasi yang diajukan panitia lokal dari
daerah yang berbeda-beda dan oleh para ahli. Di tingkat pendidikan tinggi, para
dosenlah yang menentukan isi mata kuliah.
3. Biaya
Pendidikan
Pendidikan di Iran didanai oleh pemerintah. Walaupun
terdapat sekolah-sekolah swasta, pemerintah tetap memberikan subsidi atau
subsidi guru dan staf, walaupun sumbangan dari orangtua siswa juga ada untuk
keperluan pemeliharaan sekolah (maintenance). Biaya untuk uang sekolah pada
sekolah swasta tidak terlalu tinggi.
Konsititusi Republik Islam Iran menggariskan kerangka
dasar pengembangan pendidikan. Pasal 3 menyatakan bahwa pemerintah bertanggung
jawab menyediakan pendidikan yang gratis sampai pendidikan tingkat menengah
bagi semua penduduk Iran. Hal yang sa ma di tegaskan lagi pada Pasal 30, yakni
pemerintah Iran berkewajiban memberikan pendidikan yang gratis dan selanjutnya
mempasilitasi akses ke pendidikan tinggi. [2]
4. Pendidikan Islam
di Iran
Dalam perkembangan sejarah Islam, bangsa Iran
mempunyai peranan dan andil yang sangat besar baik dari sisi penyebaran agama
Islam, perluasan wilayah, peradaban Islam, dan pendidikan. Dari daerah ini
muncul tokoh-tokoh atau pakar dari berbagai macam keahlian, di antaranya
al-Biruni, Muhammad Musa al-Khawarizmi, Umar Khayam, dan lain-lain.
Di zaman modern sekarang, Republik Islam Iran menjadi
perhatian dunia dengan program nuklirnya yang dianggap kontroversial. Terlepas
dari itu semua, kemampuan yang dimiliki Iran pada hakikatnya adalah buah dari
hasil kemajuan pendidikan yang diperoleh bangsa Iran pascarevolusi 1979.
Revolusi yang terjadi pada 1979 tidak hanya dalam
aspek pemerintahan, tetapi juga dalam bidang pendidikan, yaitu islamisasi ilmu
pengetahuan. Setelah revolusi,
sekolah-sekolah swasta dinasionalisasi, semua siswa dipisahkan menurut jenis
kelamin, buku pe laja ran yan g me ncer min kan ajar an Isla m di cet ak. Bany ak perguruan tinggi yang ditutup dan
dibuka kembali secara berangsur- angsur mulai 1982-1983 dengan menggunakan
kurikulum yang Islami (Islamisasi ilmu pengetahuan).
Pada 1980 dibentuk suatu komite revolusi kebudayaan
yang bertugas mengawasi nilai-nilai Islam dalam pendidikan. Lembaga penyedia
buku teks pelajaran yang anggotanya terdiri atas mayoritas ulama berhasil
menghasilkan 3000 koleksi buku pelajaran baru yang mencerminkan pandangan
Islam. Proses pembelajaran dengan paradigma islamisasi ilmu pengetahuan telah
diperkenalkan ke dalam kelas utama enam bulan setelah revolusi di Republik
Islam Iran.
Pendidikan Islam di Iran terintegrasi dalam semua mata
pelajaran yang diberikan kepada peserta didik melalui nilai-nilai keislaman
dalam semua materi pelajaran. Dalam praktiknya di lapangan, pelaksanaannya
diawasi oleh Komite Revolusi Kebudayaan yang didirikan pada 1980. Materi
pelajaran agama (religious education)
diberikan selama dua jam setiap minggu ditambah materi pelajaran tentang
Alquran.
Bagi mereka yang berkeinginan mempelajari secara
mendalam tentang ilmu keislaman, dapat menjutkan ke tingkat perguruan tinggi
pada Fakultas Teologi atau di universitas swasta setelah mereka lulus ujian
masuk perguruan tinggi. Terdapat universitas Islam swasta terbesar di Iran,
yaitu Islamic Azad University, di mana cabangnya tersebar di semua provinsi di
Iran, dengan jumlah mahasiswa mencapai 1,5 juta mahasiswa.
Di samping sistem pendidikan Islam formal, pendidikan
Islam nonformal juga diberikan di masjid atau maktab. Materi pembelajarannya
adalah Alquran, logika, bahasa Arab, dan gramatika (nahwu).
Berbeda dengan Indonesia yang mayoritas penduduk
muslim menganut mazhab Safi’i dalam dalam bidang fiqih, Sunni dalam bidang
tauhid, mayoritas penduduk Republik Islam Iran menganut mazhab Syiah dan hanya
8% Sunni.
Pada hakikatnya, perbedaan prinsipial antara Syiah dan
Ahlu Sunnah terletak pada persoalan tokoh pengganti Nabi Muhammad sebagai
pemimpin umat sepeninggal beliau, baik di bidang pemerintahan maupun dalam
hal-hal spiritual keagamaan. Kaum Syiah berpendapat, pemegang jabatan itu telah
ditetapkan dan diwariskan oleh Nabi. Dalam hal ini yang ditunjuk ialah Ali bin
Abi Thalib. Sedangkan Ahlu Sunnah berpendapat bahwa Nabi ketika wafat tidak
mewasiatkan jabatan tersebut kepada siapa pun.
Akibatnya, kaum Syiah, tidak seperti kaum muslimin
lainnya, hanya mau berpegang pada apa yang mereka terima dari ahl al-bayt atau
keluarga dan keturunan Nabi dalam segala hal yang berkenaan dengan
pemahaman-pemahaman keagamaan. Mereka selalu berpegang teguh dengan pendirian
bahwa Ali dan keturunannya dari istrinya, Fatimah putri Nabi, adalah
satu-satunya kelompok yang berhak menduduki jabatan khalifah dan kepemimpinan
tertinggi umat.
Dalam bidang furu’, yaitu hukum-hukum yang biasanya
dibahas dalam kitab fikih, perbedaan antara mazhab Syiah dan Sunni boleh dibilang
sedikit sekali; tidak lebih dari perbedaan-perbedaan yang ada antara mazhab
Sunni yang satu dan yang lain, seperti mazhab Safi’i dan Hanafi, Maliki, serta
yang lain.[3]
5. Perbandingan
Sistem Pendidikan Islam di Republik Islam Iran dan Indonesia
Bila kita analis uraian-uraian terdahulu tentang
sistem pendidikan Islam di Republik Islam Iran dengan mempertimbangkan berbagai
aspek, sebagaimana uraian di atas, terlihat beberapa berbedaan antara sistem
pendidikan Islam di Republik Islam Iran dan pendidikan Islam di Indonesia.
Dari aspek
kelembagaan, pendidikan Islam di
Indonesia dinaungi oleh Kementerian Agama RI, di mana pendidikan Islam
telah dimasukkan dalam kurikulum pendidikan nasional mulai dari tingkat dasar
sampai dengan perguruan tingggi. Sedangkan di Republik Islam Iran pendikan
Islam berada langsung di bawah Kementerian Pendidikan Nasional Iran.
Di sisi lain, jumlah penduduk Iran 90% menganut paham
Syiah, sehinggga pendidikan Islam di Republik Islam Iran mengarah kepada Islam
Syiah. Sedangkan di Indonesia, sebagian besar berpaham Sunni. Faham Syiah
berteologikan Muktazilah (Qadariyah) sehingga mereka mempunyai visi yang revolusioner
dengan menempatkan imam mereka sebagai pemimpin yang ma’sûm (terjaga dari
kesalahan atau dosa).
Pemimpin yang ma’sûm berpola hidup sederhana, jauh
dari korupsi, serta menjadi panutan rakyat, sehingga dana yang mereka miliki
dapat dimanfaatkan secara optimal untuk kepentingan rakyat, termasuk bidang
pendidikan.
Dari pola pendidikan Islam yang dilaksanakan, sejak
revolusi Iran 1979, pendidikan Islam di Republik Islam terintegrasi dalam semua
mata pelajaran. Mata pelajaran agama tetap diberikan untuk memperdalam
pengetahuan peserta didik tentang ilmu keagamaan. Untuk mengawasi dan
memastikan bahwa lembaga pendidikan tetap memberikan materi pelajaran sesuai
dengan ajaran Islam, lembaga pendidikan diawasi oleh lembaga revolusi
kebudayaan. Sedangkan di Indonsia pendidikan Islam hanya sebatas mata pelajaran
agama Islam dan masih ditemukan pertentangan teori antara satu mata pelajaran
dengan pelajaran agama Islam, misalnya tentang teori tentang evolusi Darwin.[4]
B.
Pendidikan di Pakistan
1.
Kondisi Pendidikan di Pakistan
Salah satu tujuan pendidikan Pakistan (1998-2010)
adalah memperluas pendidikan dasar kualitatif dan kuantitatif dengan menyediakan
kesempatan sebesar-besarnya akses gratis bagi tiap anak pada pendidikan.
Pemerintah Pakistan berupaya keras memperbaiki pendidikan untuk mencapai target
yang diharapkan. Namun kondisi pendidikan yang ada, terutama pada anak-anak
perempuan di pedesaan sangatlah memprihatinkan. Fasilitas pendidikan bagi anak
perempuan sangat kurang dan terdapat perbedaan gender dalam pendidikan.
Tujuan program tidak hanya untuk melaksanakan
pendidikan dasar kualitatif dan kuantitatif, tapi juga mengidentifikasi kesempatan
dan hambatan terhadap inovasi dan perubahan di sekolah-sekolah, masyarakat dan
dinas pendidikan. Program tersebut diluncurkan untuk memastikan bahwa lebih
banyak anak akan memiliki akses terhadap pendidikan berkualitas.
Pakistan berada pada urutan ke 135 dari 177 negara
dalam hal indeks perkembangan penduduk (Human Development Index 2005).
HDI adalah rangkuman pendapatan bersih negara perkapita, tingkat melek
huruf, dan harapan hidup. Tingkat pendaftaran pendidikan di Pakistan hanya 46%
dan merupakan jumlah terendah di Asia Selatan. Jumlah anak-anak yang tidak
sekolah mencapai 13 juta dari 50 juta anak usia 5-9 tahun.
Pencapaian anak-anak perempuan terus tertinggal dalam
hal pendidikan dibanding tingkat pencapaian anak laki-laki. Ada banyak hambatan
dan alasan sosial yang melatari ketimpangan ini, misalnya selain tempat tinggal
yang jauh dari lembaga sekolah, juga kurangnya fasilitas pendidikan bagi
anak-anak perempuan, kemiskinan, dan tenaga kerja anak-anak. Masalah putus
sekolah sangat serius dan presentase putus sekolah sebelum menyelesaikan kelas
5 sangat tinggi yang mencapai 56%.
Kemiskinan sangat berhubungan dengan buruh anak. Salah
satu alasan yang paling umum mengapa anak tidak sekolah adalah karena keluarga
mereka membutuhkan tenaga mereka untuk bekerja.
Hambatan-hambatan tersebut jelas menunjukkan bahwa
tujuan mencapai pendidikan untuk semua tidaklah mudah, perlu komitmen yang
sungguh-sungguh dan perencanaan sistematis untuk memastikan inkluisi semua
anak, terutama anak-anak perempuan dalam pendidikan di pedesaan pakistan.
2.
Kebijakan Pendidikan di Pakistan
Sejak awal kemerdekaannya pada tahun 1947, Pakistan
telah menekankan Pendidikan Nasional untuk merealisasikan cita-cita pendirian
Republik Islam Pakistan. Itu disebabkan Pakistan adalah negara Republik Islam
yang mengimplementasikan ajaran al-Qur’an dan al-Hadits dalam kehidupan modern
termasuk bidang pendidikan.
Karakter idiologi Pakistan yang khas berdasarkan Islam
mewujudkan sistem pendidikan yang utuh dan penting bagi warga Islam. Pendidikan
agama wajib bagi semua pelajar muslim untuk semua tingkat. Kebijakan pendidikan
yang ditempuh oleh Pemerintpah Pakistan, terwujud dengan ciptaan sistem
nasional yang terpadu, yakni menjembatani 2 sistem pendidikan yang telah
berjalan lama. Ialah sistem pendidikan tradisional dan keagamaan serta sistem
pendidikan modern dan ilmiah.
Pelajar yang masuk maktab, madrasah, atau dar
al-ulum yang merupakan bentuk institusi tradisional-keagamaan, akan
diberikan subsidi sebagaimana yang telah diberikan kepada institusi pendidikan
modern. Dan persiapan untuk memperkenalkan kurikulum umum kepada pelajar yang
berasal dari kedua isntitusi ini sekarang sudah berjalan dengan baik.
Pemerintah Pakistan menetapkan pendidikan non
co-education, sebab pendidikan co-education dipandang bertentangan
dengan konsep Islam. Namun demikian, pendidikan untuk wanita secara modern juga
diberikan dengan didirikannya lembaga PGGA, itulah bukti bahwa Pemerintah
Pakistan memperhatikan pendidikan bagi kaum wanita.
Pakistan masih menghadapi rerata melek huruf terendah
di asia selatan, dan paling rendah partisipasi kaum perempuannya adalah dalam
pendidikan. untuk jenjang sekolah dasar kaum wanita mengalami angka drop out
tertinggi yang akibatnya pendaftaran pendidikan kaum perempuan untuk pendidikan
jenjang selanjutnya juga terendah.
Upaya peningkatan pendidikan bagi kaum wanita juga
dilakukan oleh kalangan swasta. Di Pakistan, sekolah swasta sangat banyak
jumlahnya melebihi sekolah-sekolah yang dibangun oeh pemerintah. Sebuah LSM
pimpinan Syed Ayub Qutub, PIEDAR, adalah LSM yang khusus bergerak bagi
pengembangan lingkungan serta kemajuan pendidikan kaum perempuan. Tercatat sekitar
1.400 kaum perempuan telah ikut serta dalam program pengajaran baca tulis
bahasa Urdu dan Inggris serta belajar melakukan perhitungan matematika dasar
sejak itu.
3. Sistem
Pendidikan di Pakistan
Sistem pendidikan di Pakistan yang ada sekarang ini
menganut hasil keputusan Komisi Pendidikan Nasional tahun 1959, yaitu
pendidikan dasar (primary education), usia 6 sampai 11 tahun, terdiri
atas tingkat 1 sampai tingkat 5. Jadi pendidikan dasar ditempuh selama 5 tahun.
Kemudian sekolah lanjutan tingkat pertama (junior secondary), usia 12
sampai 15 tahun, terdiri atas tingkat 6 sampai 8, sedangkan sekolah menengah
atas (secondary high school) usia 16 sampai 18 tahun terdiri atas
tingkat 9 dan 10.
Jenjang ini memliki 3 jenis sekolah, yaitu :
a.
Sekolah umum (general), sebagai persiapan pendidikan di perguruan
tinggi.
b.
Sekolah kejuruan (vocational) dan
c.
Sekolah tekhnik, sebagaimana di Indonesia yang berorientasi pada pekerjaan.
Pendidikan tingkat 11 dan seterusnya merupakan jenjang
perguruan tinggi, seorang siswa harus terlebih dahulu melalui pendidikan
sekolah persiapan selama 2 tahun (higher secondary atau intermediate college),
yaitu pendidikan tingkat 11 dan 12. Khusus untuk memasuki perguruan tinggi yang
bersifat kejuruan, para siswa tidak perlu menempuh sekolah persiapan terlebih
dahulu.
Khusus untuk jenjang perguruan tinggi, sejak pemisahan
dengan India tahun 1947, Pakistan hanya memiliki 1 universitas saja,
Universitas Punjab di Lahore. Mata kuliyah agama diberikan sebagai mata kuliyah
dasar umum. Universitas ini mendirikan departemen Islamiyat pada tahun 1950.
Setelah itu berdiri berbagai perguruan tinggi lainnya seperti Universitas Sind
yang membuka fakultas sejarah dan kebudayaan Islam sejak awal tahun 1950-an.
Dalam hal kurikulumnya lembaga ini dipengaruhi oleh
Universitas al Azhar, Mesir. Dalam kajian tradisional-keagamaannya dimasukkan
ilmu ekonomi, sejarah, geografi, statistik, dan filsafat.
4. Pendidikan
Islam di Pakistan
Pada tahun 1980 didirikan Universitas Islam
Internasional di Islamabad yang berupaya menyatukan sistem pendidikan keagamaan
dan umum. Baru-baru ini pemerintah Pakistan mendirikan sebuah akademi yang
bergerak di bidang pelatihan dan sekolah menengah atas, yaitu JPSC (jinnah
public school and college).
Di pakistan, dapat dijumpai berbagai gerakan keagamaan
yang mampu menciptakan komunitas muslim yang sesuai dengan karakternya
masing-masing dengan berbagai bentuk lembaga pendidikannya. Diperkirakan lebih
dari 2000 madrasah tingkat menengah dan tingkat tinggi dengan jumlah murid sekitar
316.000 orang ada di negara Pakistan.
Madrasah memainkan perananan penting karena mampu
melestarikan nilai ortodoks Islam, melatih banyak generasi ulama dan
fungsionaris Islam. Madrasah di Pakistan mengajarkan kurikulum yang disebut dar-i-nizhami,
yaitu sebuah mata pelajaran standar bagi semua madrasah sunni di India,
Pakistan, dan Bangladesh. Dalam kurikulum tersebut terdapat 20 mata pelajaran
yang secara luas terbagi atas ilmu-ilmu yang diwahyukan dan ilmu rasional.
Selain Madrasah, Masjid juga merupakan bentuk lembaga
pendidikan Islam di Pakistan. Jumlah masjid jauh lebih banyak dari total
madrasah. Tidak seperti kebanyakan negara Islam di timur tengah, jaringan
masjid dan madrasah di Pakistan beroperasi di luar kendali negara serta memliki
otonomi yang besar. Di banyak kota yang tidak mempunyai balai rakyat, selain
sebagai tempat ibadah, masjid juga berfungsi sebagai forum diskusi masalah
umum.[5]
5. Perbandingan Sistem
Pendidikan Islam di Pakistan dan Indonesia
Jenjang pendidikan dasar dan menengah di Pakistan dan
di Indonesia tidak jauh berbeda. Yang berbeda adalah sekolah dasar di Pakistan
hanya berlangsung 5 tahun, satu tahun lebih cepat dibandingkan dengan di
Indonesia. Hal yang menarik dari Pakistan adalah adanya bentuk-bentuk
pendidikan informal. Kalau di Indonesia, pendidikan informal hanya berupa
pendidikan keluarga, maka di Pakistan setidaknya ada emapat jenis pendidikan
informal, yaitu:
a.
Kursus pendidikan dan ajaran islam
b.
Kelompok penanggulangan bencana
c.
Kursus keaksaraan dan teknologi
d.
Kursus keterampilan hidup
Hal menarik lainnya dari pendidikan di Pakistan adalah
pemanfaatan teknologi dan komunikasi dalam pendidikan di Pakistan. Seperti yang
kita lihat pada table 17 di atas terdapat sekitar Sembilan macam pemanfaatan
teknologi dan infromasi untuk pendidikan, yaitu:
a.
Intel teach program dan portofolio tentang internet untuk guru dan siswa
b.
Intel teach in servuce programe
c.
Skill for success course
d.
Getting started course
e.
Esential course
f.
Thinking with technology course
g.
Advanced online course
h.
Leadership forum
i.
Pre service program
Hal menarik dari pemanfaatan teknologi dan informasi
dalam pendidikan tersebut adalah thinking with technology course. Artinya,
masyarakat Pakistan tidak hanya menjadi pemakai teknologi tetapi bagaimana
berpikir dengan teknologi.[6]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pakistan muncul sebagai
negara Republik Islam pada tanggal 14 Agustus 1947 Negara Ini memiliki luas
sekitar 796,095 Sq. Kilometer. Pakistan terdiri dari empat provinsi: Punjab,
North West Frontier Provinsi, Balochistan dan Sindh dan beberapa unit penyatuan
yang meliputi Islamabad Modal Wilayah (ICT), Wilayah Kesukuan Federal (FATA)
dan Wilayah Utara (Fana).
Struktur sistem pendidikan formal iran secara
sederhana adalah: Pendidikan Prasekolah, Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah
dan Pendidikan Tinggi.
B.
Saran
Dalam
pembuatan makalah ini apabila ada keterangan yang kurang bisa dipahami, penulis
mohon maaf yang sebesar-besarnya dan penulis sangat berterimakasih apabila ada
saran/kritik yang bersifat membangun sebagai penyempurna makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1994.
Ensiklopedi Islam. Jakarta: PT Iktiar Baru Van Hoeve.
Ema, Perbandingan
Pendidikan Pakistan dan Indonesia, (Online). http://emahannasijada.blogspot.com/2012/05/perbandingan-pendidikan-pakistan-dan.html diakses 02 Desember 2014.
Maunah, Binti. 2011. Perbandingan Pendidikan Islam. Jakarta: Teras.
S.
Szyliowics, Joseph. 2001. Pendidikan dan Modernisasi di Dunia Islam.
Surabaya: al-Ikhlas.
Syah Nuur,
Agustiar. 2002. Perbandingan Sistem Pendidikan 15 Negara. Bandung: Lubuk Agung.
[1] Anonim,
Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT Iktiar Baru Van Hoeve, 1994), h. 243
[2] Agustiar
Syah Nuur, Perbandingan Sistem Pendidikan
15 Negara, (Bandung: Lubuk Agung, 2002), h. 133-134
[3] Joseph
S. Szyliowics, Pendidikan dan Modernisasi di Dunia Islam, (Surabaya:
al-Ikhlas, 2001), h. 101-103
[4]
Anonim, Op.cit, h. 241
[5] Binti Maunah, Perbandingan Pendidikan Islam,
(Jakarta: Teras, 2011), h. 125-150
[6]
Ema, Perbandingan Pendidikan Pakistan dan Indonesia, diakses dari http://emahannasijada.blogspot.com/2012/05/perbandingan-pendidikan-pakistan-dan.html,
pada tanggal 02 Desember 2014, pukul 17.30 WIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar